Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rekrutmen, dan Kinerja

Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia (SDM) adalah proses persiapan individu-individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau lebih tinggi didalam organisasi, biasanya berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik. Pengembangan mengarah pada kesempatan-kesempatan belajar yang didesain guna membantu pengembangan para pekerja.

Pengembangan sumber daya manusia (SDM) tujuannya untuk meningkatkan kualitas profesionalisme dan keterampilan para karyawan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Dan tujuan pengembangan yang lain, lebih bertujuan pada penyiapan seseorang karyawan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang baru dan lebih besar serta lebih memfokuskan pada orientasi masa depan. Sejumlah metode pengembangan yang dapat digunakan adalah pengiriman karyawan untuk mengikuti kegiatan seminar dan workshop, rotasi jabatan, mensponsori karyawan untuk menjadi anggota pada asosiasi professional, dan memberikan beasiswa kepada karyawan untuk mengikuti pendidikan formal.

Aspek-aspek pengembangan sumber daya manusia terdari dari:

  1. Dengan Pendidikan, pendidikan sesuai dengan Undang-Undang republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan pendidikan adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Dengan memperhatikan pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa peran pendidikan adalah sebagai landasan untuk membentuk, mempersiapkan, membina dan mengembangkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan dimasa yang akan datang.
  2. Dengan Pelatihan, program pelatihan diarahkan untuk mempertahankan dan memperbaiki performa pekerjaan sekarang Berbagai riset menunjukkan bahwa pelatihan yang efektif secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan proses kerja yang luar biasa pesatnya. Menurut Mangkunegara (2010) penyusunan pelatihan dan pengembangan umumnya melewati sejumlah tahapan berikut:
  • Identifikasi kebutuhan pelatihan/pengembangan (job study)
  • Penepatan tujuan dan sasaran pelatihan/pengembangan.
  • Penepatan kriteria keberhasilan beserta alat ukurannya.
  • Penepatan metode pelatihan/pengembangan.
  • Penyelenggaraan uji coba (try out) dan revisi.
  • Implementasi dan evaluasi.

Pengembangan dilaksanakan untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan. Pengembangan karyawan akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atas pekerjaan yang mereka kerjakan. Menurut Eny (2014) terdapat dua metode dalam melakukan pengembangan yaitu:

  1. Metode on the job training, metode ini memungkinkan pekerja untuk terus melakukan tugasnya dengan menyisihkan waktu mereka sambil belajar. Kebanyakan perusahaan menggunakan orang dalam perusahaan, dalam melakukan pengembangan. Dengan menggunakan metode ini lebih efektif dan efisien karena disamping biaya yang lebih murah, tenaga kerja yang dilatih juga mengenal baik pelatihnya.
  2. Metode off the job training, metode ini menggunakan tempat diluar perusahaan tetapi menggambarkan kondisi yang ada dalam perusahaan. Dalam pelaksanaannya perusahaan dapat memilih dari kedua metode tersebut ataupun menggunakan kedua metode tersebut. kelemahan dari metode on the job training diantaranya seringkali menciptkan suasana jenuh karena peserta tidak mendapat suasana baru dalam lingkungan kerjanya, sedangkan untuk metode off the job trainingperusahaan harus menyiapkan dana khusus untuk kegiatan tersebut, karena kegiatan pengembangan dilakukan diluar perusahaan.

Menurut Hasibuan (2009, 82) indikator yang diukur dari metode pengembangan yang diterapkan antara lain sebagai berikut:

  1. Prestasi kerja karyawan, apabila prestasi kerja atau produktivitas kerja karyawan setelah mengikuti pengembangan, baik kualitas maupun kuantitas kerjanya meningkat, maka berarti metode pengembangan yang dilakukan baik.tapi jika prestasi kerjanya tetap, berarti metode pengembangan yang dilakukan kurang baik, jadi perlu diadakan perbaikan.
  2. Kedisiplinan karyawan, jika kedisiplinan karyawan setelah mengikuti pengembangan semakin baik, berarti metode pengembangan yang dilakukan baik. Tetapi jika kedisiplinan tidak meningkat berarti metode pengembangan yang diterapkam kurang baik.
  3. Absensi karyawan, jika absensi karyawan setelah mengikuti pengembangan menurun, berarti metode pengembangan yang dilakukan cukup baik.Tetapi jika absensi karyawan tetap berarti metode pengembangan yang diterapkan kurang baik.
  4. Tingkat kerja sama, tingkat kerja sama karyawan harus semakin serasi, harmonis dan baik setelah mereka mengikuti pengembangan.
  5. Prakarsa karyawan, prakarsa karyawan harus meningkat setelah mengikuti metode pengembangan yang dilakukan.Jika tidak meningkat atau tetap berarti metode pengembangan itu kurang baik. Dalam hal ini karyawan diharapkan dapat bekerja mandiri serta bisa mengembangan kreativitasnya (Yunus 2018).

Rekrutmen

Menurut Rivai (2016, 158) rekrutmen adalah proses untuk mendapatkan sejumlah sumber daya manusia (karyawan) yang berkualitas untuk menduduki suatu jabatan atau pekerjaan dalam suatu perusahaan sumber daya manusia (SDM) tidak boleh diabaikan, hal ini disebabkan untuk menjaga supaya tidak terjadi ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dan apa yang didapat. Artinya, organisasi tersebut tidak memperoleh karyawan yang tepat, dalam arti baik kualitas maupun kuantitasnya. Apabila tidak terjadi sesuai yang diharapkan oleh organisasi tersebut dapat dikatakan kemungkinan aktivitas kerja kurang efektif dan efisien, maka organisasi tersebut akan mengalami kegagalan. Agar dapat memperoleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan, dibutuhkan suatu metode rekrutmen yang dapat digunakan dalam proses penarikan.

Filosofi rekrutmen yang perlu dipahami oleh para manajer di perusahaan menurut Hamali (2016) adalah:

  1. apakah kegiatan rekrutmen dilakukan untuk mempromosikan sebagian besar karyawan dari dalam perusahaan, ataukah akan mengangkat dari luar guna mengisi kekosongan pada semua jenjang hierarki.
  2. apakah kegiatan-kegiatan rekrutmen penekanannya pada sekadar mengisi lowongan-lowongan saja, ataukah pengangkatan untuk tujuan-tujuan jangka panjang.

Sedangkan tujuan rekrutmen adalah sebagai berikut:

  1. Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja/karyawan yang memenuhi syarat.
  2. Agar konsisten dengan strategi, wawasan dan nilai perusahaan.
  3. Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum lama bekerja.
  4. Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan pelatihan.
  5. Untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan dalam upaya menciptakan kesempatan kerja.

Dasar program rekrutmen yang baik mencakup faktor-faktor sebagai berikut:

  1. Program rekrutmen memikat banyak pelamar yang memenuhi syarat.
  2. Program rekrutmen tidak pernah mengkompromikan standar seleksi.
  3. Berlangsung atas dasar yang berkesinambungan.
  4. Program rekrutmen harus kreatif, imajinatif, dan inovatif.

Menurut Manullang, pada umumnya beberapa kualifikasi berikut ini mendasari atau menjadi dasar dalam proses seleksi, yakni: Keahlian, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, keadaan fisik, tampang, bakat, temperamen, dan karakter. Tujuan dari tahap seleksi ini adalah mencari calon yang dianggap paling penting untuk mengisi sebuah jabatan. Dengan kata lain, tujuan seleksi tidak hanya mencari orang yang baik tetapi juga orang yang tepat bagi jabatan tersebut dalam tatanan dan lingkungan budaya perusahaan.

Kinerja

Menurut Hasibuan (2009, 34) mengemukakan, kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan  tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. 

Sedangkan fungsi kinerja karyawan terbagi atas:

  1. Fungsi pengadaan, adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
  2. Fungsi pengembangan, adalah proses peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini maupun masa depan.
  3. Fungsi kompensasi, adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak langsung berbentuk uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal jasa (output) yang diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak sesuai prestasi dan tanggung jawab karyawan tersebut.
  4. Fungsi pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, sehingga terciptanya kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan dimana pengintegrasian adalah hal yang penting dan sulit dalam sumber daya manusia (SDM), karena mempersatukan dua aspirasi/kepentingan yang bertolak belakang antara karyawan dan perusahaan.
  5. Fungsi pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan agar tercipta hubungan jangka panjang. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program K3 (keselamatan dan kesehatan kerja).

Faktor-faktor kinerja menurut Steers (1984), umumnya orang percaya bahwa kinerja karyawan individu merupakan fungsi gabungan dari 3 (tiga) faktor, yaitu:

  1. Kemampuan, perangai dan minat seorang pekerja.
  2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja.
  3. Tingkat motivasi kerja.

Indikator kinerja karyawan terdiri atas:

  1. Kualitas kerja (Quality of work), adalah kualitas kerja yang dicapaiberdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya yang tinggi pada gilirannya akan melahirkan penghargaan dan kemajuan serta perkembangan organisasi melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan secara sistematis sesuai tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang pesat.
  2. Ketetapan waktu (Pomptnees), yaitu berkaitan dengan sesuai atau tidaknya waktu penyelesaian pekerjaan dengan target waktu yang direncanakan. Setiap pekerjaan diusahakan untuk selesai sesuai dengan rencana agar tidak mengganggu pada pekerjaan yang lain.
  3. Inisiatif (Initiative),yaitu mempunyai kesadaran diri untuk melakukan sesuatu dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab. Bawahan atau pegawai dapat melaksanakan tugas tanpa harus bergantung terus- menerus kepada atasan.
  4. Kemampuan (Capability), yaitu diantara beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang, ternyata yang dapat diintervensi atau diterapi melalui pendidikan dan latihan adalah faktor kemampuan yang dapat dikembangkan.
  5. Komunikasi (Communication) merupakan interaksi yang dilakukan oleh atasan kepada memecahkan masalah yang dihadapi. Komunikasi akan menimbulkan kerjasama yang lebih baik dan akan terjadi hubungan-hubungan yang semakin harmonis diantara para pegawai dan para atasan, yang juga dapat menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan.

You May Also Like

About the Author: Webagus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2025 Webagus - Theme by HappyThemes