Definisi Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran berperan sangat penting terutama dalam proses belajar di kelas, karena dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu model pembelajaran juga menjadi pedoman bagi guru untuk mengajar supaya pembelajaran menjadi terstruktur dan terarah. Model Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhos Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran yang paling sederhana (Shoimin, 2014:185). Model Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model pembelajaran paling baik untuk permulaan bagi para guru yang melakukan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif.
Menurut Slavin dalam Rusman model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam mata pelajaran matematika, IPA, IPS, bahasa Inggirs, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi (Rusman, 2013:213). Gagasan utama di belakang Student Teams Achievement Division (STAD), adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang di ajarkan oleh guru.
Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD)
Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif model Student Teams Achievement Division (STAD) terdiri dari enam langkah. Enam langkah itu dimulai dengan Penyampaian tujuan dan motivasi dan diakhiri dengan penghargaan tim. Adapun langkah-langkah pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut:
- Penyampaian tujuan dan motivasi. Menyampikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memberikan motivasi siswa untuk belajar.
- Pembagian kelompok. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-6 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keberagaman) gender, ras, prestasi, dan lain-lain.
- Presentasi dari Guru. Guru menyampaikan materi pelajaran terlebih dahulu, kemudian menjelaskan materi pelajaran serta pentingnya pokok bahasan yang haruss dipelajari.
- Kegiatan belajar dalam Tim (Kerja Tim). Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk secara heterogen. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dalam model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD).
- Kuis (Evaluasi). Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pembelajaran kuis tentang materi yang dipelajari dan jugamelakukan penilaian terhadap prestasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak boleh bekerja sama.
- Penghargaan Prestasi Tim. Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100 (Rusman, 2013:215-216)
Kelebihan dan Kekurangan Student Teams Achievement Division (STAD)
Berdasarkan karakteristiknya sebuah model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) adalah sebagai berikut:
- Siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.
- Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat agar bisa berhasil bersama–sama.
- Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok.
- Meningkatkan keterampilan individu.
- Tidak memiliki rasa dendam.
Selain berbagai kelebihan di atas, modelStudent Teams Achievement Division (STAD), juga memiliki kelamahan. Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang baik atau positif pada proses pembelajaran, tidak terkecuali model Student Teams Achievement Division (STAD). Namun terkadang pada sudut pandang tertentu, langkah-langkah model ini tidak menutup beberapa kelemahan sebagai berikut:
- Kontribusi siswa berprestasi rendah kurang
- Siswa yang berprestasi tinggi akan lebih dominan
- Membutuhkan kemampuan khusus sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
- Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat tidak suka bekerja sama.
- Membutuhkan waktu yang lama untuk siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sehingga sulit untuk mencapai target kurikulum (pengetahuan).
- Membutuhkan waktu yang lama dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. (Shoimin, 2014:189-190).
Daftar Pustaka
- Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
- Rusman. 2013. Model-model pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta; Rajawali Pers.