Definisi
Apa itu insomnia? Mari kita simak ulasan berikut. Insomnia adalah persepsi tentang kuantitas atau kualitas tidur yang tidak memadai dengan konsekuensi siang hari yang terkait. Definisinya adalah dari sudut pandang pasien dan oleh karena itu pengujian diagnostik pada umumnya tidak diperlukan karena riwayat saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis (Lavie et al., 2005).

Pendapat lain menyatakan bahwa Insomnia adalah kesulitan atau ketidakmampuan untuk tidur nyenyak. Hal ini dapat menyebabkan iritasi dan kurangnya konsentrasi pada siang hari, dan jangka panjang kurang tidur dapat membahayakan jiwa seseorang, misalnya dapat terserang penyakit jantung (Pieter, Janiwarti, & Saragih, 2011).
Sedangkan menurut Mark Durand dan David H. Barlow insomnia merupakan gejala awal dalam masalah tidur yang berkaitan dengan masalah fisik, mental dan emosi. Ketidakmampuan seseorang untuk pergi tidur atau tinggal tidur saja bersumber dari pola tidur pasangan anda yang mendengkur, situasi di tempat kerja, ataupun masalah keluarga sulit. (dalam Pieter et al., 2011)
Manifestasi Klinis Insomnia
Keluhan yang paling umum dari semua bentuk insomnia adalah kesulitan tertidur, sering terbangun dari tidur, kesulitan terjatuh kembali setelah terbangun di malam hari dan bangun pagi secara spontan. Berdasarkan definisi seperti yang disebutkan di atas, keluhan insomnia ini harus dikaitkan dengan gejala siang hari (yaitu adanya kelelahan, gangguan konsentrasi atau memori, dan lain-lain.). Seorang yang tidur hanya 5 jam per malam dan tidak bisa tidur lebih lama lagi, ia tidak akan didiagnosis sebagai penderita insomnia jika tidak mengalami kelelahan atau penurunan fungsi di siang hari (Lavie et al., 2005). Kantuk di siang hari (berlawanan dengan keletihan atau kelelahan) adalah ciri khas insomnia. Biasanya, ketika pasien menyatakan bahwa mereka tidak dapat tidur, ini berarti bahwa mereka selalu mengalami kesulitan, tidak hanya di malam hari, dan jika mereka mengantuk di siang hari, maka mereka mungkin memiliki kelainan ritme sirkadian (Wilson & Nutt, 2013).
Faktor Penyebab Insomnia
1. Psikis
Menurut Mark Durand dan David Barlow dalam (Pieter et al., 2011) mengatakan bahwa faktor penyebab orang mengalami insomnia yaitu depresi dan kecemasan. Karena tidak tidur membuat orang menjadi cemas dan kecemasan ini terus mengganggu tidur yang membuatnya semakin cemas. Sementara pendapat dari Okuji, dkk dalam ((Pieter et al., 2011) mengatakan bahwa penderita insomnia memiliki total tidur yang berkurang, disebabkan oleh depresi, pengunaan subtansi, gangguan kecemasan, dan demensia. Sedangkan menurut (Wilson & Nutt, 2013) bahwa Gairah yang tidak tepat dan berlebihan juga merupakan faktor predisposisi dalam insomnia depresi dan mania.
2. Penyakit Mental dan Fisik
Pada demensia dan beberapa gangguan neurologis lainnya, fragmentasi tidur yang menyebabkan insomnia kemungkinan disebabkan oleh kerusakan pada daerah pengatur tidur otak, seperti nukleus suprachiasmatik hipotalamus (Wilson & Nutt, 2013). Selain itu juga banyak pasien skizofrenia atau gangguan manik-depresif yang mengalami gangguan tidur pada pasien dengan gangguan manik akan mengalami hiperaktivitas, kegelisahan, agitasi motorik ekstrem, disertai dengan gerakan dan langkah menyebabkan kelelahan total. (O’Brien, Kennedy, & Ballard, 2014).
Selain itu penyakit fisik juga bertanggung jawab terhadap insomnia, menurut Mark Durand dan David H. Barlow dalam (Pieter et al., 2011) mengatakan bahwa terkadang Insomnia juga mnyertai gangguan medisdan psikologis. Termasuk rasa nyeri dan ketidak nyamanan fisik, aktivitas fisik di siang hari dan masalah pernafasan (asma) serta masalah suhu tubuh yang tinggi (demam).
3. Lingkungan
Menurut (Pieter et al., 2011) bahwa pada orang-orang yang sedang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami kesulitan tidur, karena selain dari pengaruh obat-obatannya, dia juga terpengaruh karena lingkungan, suhu, suara dan cahaya yang sangat berbeda dengan kondisi rumahnya. Sebagian besar gangguan tidur disebabkan oleh masalah lingkungan dan higiene tidur yang buruk. Keadaan sekitar merupakan hal yang penting untuk aktivitas tidur dan menjadi dasar dalam melakukan aktivitas tidur secara rutin. (O’Brien et al., 2014)
4. Pengunaan Obat-Obatan dan Zat lain
Banyak produk farmasi yang menyebabkan atau memperburuk gangguan tidur. Beberapa obat dan zat yang dapat menimbulkan masalah mencakup alkohol, amfetamin, antidepresan, antihipertensif, anastestik, ansiolitik, antihistamin, bromida, brokodilator, kafein, kortikosteroid, dekongestan, halusinogen, levodopa, opioid, dan tranquilizer. Bahkan hipnotik dan sedatif yang secara spesifik ditujukan untuk mengobati untuk mengobati klien yang mengalami gangguan tidur terkadang memperburuk masalah tersebut. (O’Brien et al., 2014) Saling keterkaitan antara penggunaan alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan dianggap merupakan salah satu faktor penyebab gangguan tidur. Banyak orang masih beranggapan bahwa alkohol adalah penghantar untuk tidurnya.(Pieter et al., 2011)
Penatalaksanaan Insomnia
1. Faktor Ekstrinsik dan Intrinsik
Memodifikasi faktor ekstrinsik, seperti ventilasi, pencahayaan, dan tingkat kebisingan dalam lingkungan tidur, atau mengubah tempat tidur atau merupakan perubahan termudah yang dapat dilakukan. Mengubah rutinitas individu dengan memodifikasi pola istirahatdan aktivitas, menurunkan penggunaan kamar tidur dan tempat tidur untuk aktivitas selain tidur, mengubah waktu tidur, dan menghindari pengonsumsian alkohol, kafein, dan zat lain yang dapat menjadi langkah efektif. Faktor intrinsik, seperti stress yang dirasakan atau ketidakmampuan rileks terkadang mereda dengan penggunaan terapi alternatif, seperti aromaterapi, latihan napas dalam, meditasi terbimbing atau latihan relaksasi progresif untuk membantu relaksasi (O’Brien et al., 2014).
Pasien sangat membutuhkan bantuan dalam berurusan dengan konflik. Ketika masalah ini terselesaikan, gejala akan menghilang karena sudah tidak dibutuhkan. Skill yang Memberikan pendekatan psikologis berupa strategi perilaku kognitif, terapi dukungan, terapi kelompok, penurunan stress, latihan relaksasi, dan terapi komplementer dan alternatif seperti meditasi, biofeedback, terapi pijat, dan aktivitas fisik. Perubahan perilaku dan intervensi kognitif untuk pasien dengan gangguan psikofisiologi membutuhkan pengenalan dan pemeriksaan terhadap apa yang mendasari pikiran dan perasaan pasien. Pasien juga mungkin akan membutuhkan bantuan dalam menjelaskan perubahan gaya hidup atau perubahan lain pada diri mereka untuk kepentingan orang lain. Terapi keluarga akan diperlukan jika keluarga pasien memberikan dukungan terhadap gangguan pasien. Sistem pendukung sosial juga akan membantu pasien mengatasi kesakitan mereka (Stuart, 2012)
2. Menormalkan Irama Sirkadian
Gangguan tidur irama sirkadian (jet lag atau perubahan zona waktu, kerja sif) dapat diatasi bila klien berusaha menormalkan rutinitas mereka dan adanya harapan dengan jadwal dan menyesuaikan diri dengan zona waktu atau jadwal sif yang baru. Pajanan sinar matahari merupakan hal yang diharapkan terutama ketika terbangun dari tidur bukan sebelum dari tidur, dapat bermanfaat dalam menyesuaikan diri dengan zona waktu yang berlainan. Pencahayaan spektrum luas dan melatonin dapat membantu dalam mengatasi gangguan tidur irama sirkadian. Kebanyakan studi mengindikasikan bahwa rotasi sif harus diminimalkan. Banyak orang tidak menyesuaikan dengan kerja sif, dan pemberian kesempatan untuk istirahat selama dan setelah kerja terkadang bermanfaat. Meski orangtua dan guru dapat merasa frustasi karena remaja sering kali telat tidur dan berniat tidur di siang hari, studi mengindikasikan bahwa para remaja memiliki siklus tidur yang normal tetapi tertunda dan dapat melakukan perubahan jadwal jika diperlukan. (O’Brien et al., 2014).
Sumber Pustaka
- Lavie, P., Pillar, G., & Malhotra, A. (2005). Sleep Disorders :Diagnosis, Management And Treatment A Hand Book For Clinician. London: Martin Dunitz.
- Pieter, Herri zan, Janiwarti, B., & Saragih, M. (2011). Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana.
- Wilson, S., & Nutt, D. J. (2013). Oxford Psychiatry Library : Sleep Disorder. London: Oxford University Press.
- O’Brien, P., Kennedy, W. Z., & Ballard, K. A. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik ;Teori dan Praktik. (B. Angelina, Ed.). Jakarta: EGC.
- Stuart, G. W. (2012). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Missouri: Elsevier Mosby.