E-Commerce (Definisi, Kerangka Utama, Sejarah, Tipe Transaksi, dan Teknologi)

Definisi E-Commerce

Berikut ini disampaikan mengenai definisi dari E-Commerce atau Electronic Commerce. Menurut Turban et al. (2015, 7) e-commerce adalah penggunaan internetuntuk membeli, menjual, mengangkut, atau memperdagangkan data, barang atau jasa. Sedangkan menurut Laudon et al. (2014, 10) e-commerce adalah penggunaan internet, web dan aplikasi untuk transaksi bisnis secara digital antara perusahaan dan individu.

Selanjutnya dalam tulisan Savrul et al. (2011, 251) mengatakan (OECD 2001, 6) mendefinisikan e-commercedalam dua lingkup, sebagai definisi yang luas dan sempit. Menurut definisi yang luas, ecommerce adalah pembelian atau penjualan barang antara bisnis, rumah tangga, individu, pemerintah dan organisasi publik dan swasta lainnya melalui jaringan komputer. Definisi sempit di sisi lain hampir sama dengan definisi luas kecuali instrumen perdagangan terbatas dengan internet.

Kerangka Utama E-Commerce

Berikut ini adalah kerangka utama E-Commerce menurut Turban et al. (2015, 9) :

  1. People (penjual, pembeli, perantara, sistem informasi dan lainnya)
  2. Public policy (kebijakan dan peraturan publik seperti pajak, regulasi dan lainnya)
  3. Marketing and advertising (pemasaran dan periklanan seperti promosi, konten web, target pemasaran dan lainnya)
  4. Support services (layanan pendukung seperti logistik, pembayaran, keamanan sistem dan jaringan dan lainnya)
  5. Business partnerships (kemitraan bisnis seperti program afiliasi, pertukaran dan lainnya).

Sejarah E-Commerce

Laudon et al. (2014, 28-32) berpendapat bahwa sejarah e-commerce terbagi dalam tiga periode yaitu:

Pertama, Invention, merupakan periode penemuan, dimulai pada tahun 1995 dimana penggunaan web pertama kali sebagai alat untuk mengiklankan produk. Selama periode ini e-commercehanya memasarkan produk melalui iklan statis yang ditampilkan di web perusahaan. Mesin pencari belum canggih dan bandwidth internet kecil. Periode ini berakhir pada tahun 2000 ketika pasar saham anjlok dan ribuan perusahaan menghilang atau di istilahkan “dot-com crash”.

Kedua, Consolidation, merupakan periode konsolidasi, dimulai dari tahun 2001 sampai 2006. Selama periode ini e-commerce berubah tidak hanya menjual produk ritel tetapi juga memberikan layanan yang kompleks, seperti layanan pengiriman dan keuangan. Periode ini internetsudah tersebar luas dengan jaringan broadband. Pemasaran produk sudah merambah melalui web, mesin pencari, email, iklan video, iklan media dan iklan mesin pencari. Kemudian sudah menyediakan fasilitas umpan balik di web perusahaan.

Ketiga, Reinvention, merupakan periode penemuan kembali, dimulai tahun 2007 beriringan dengan diperkenalkannya iPhone, hingga saat ini e-commerce ditransformasikan ke jejaring sosial yang bisa diakses secara luas oleh perangkat seluler konsumen seperti smartphone dan komputer tablet. Pemasaran ditransformasikan melalui jejaring sosial kemudian menjadi pembicaraan mulut ke mulut dan viral. Perusahaan sudah menggunakan repositori data yang jauh lebih kuat dan menggunakan alat analisis pemasaran sehingga pemasaran terkoordinasi berdasarkan jejaring sosial, mesin pencari, web, platform ponsel dan email. Pada periode reinvention banyak fitur unik dari teknologi e-commerce dan internetyang datang secara bersamaan dalam satu set aplikasi dengan teknologi media sosial yang disebut sebagai web 2.0 (Laudon et al. 2014, 16). Menurut Turban et al. (2015, 20) web 2.0 menggunakan lusinan alat seperti wiki, rss atau xml, blog, mikroblog dan lain-lain. Selain itu Turban secara tersirat berpendapat web 2.0 merupakan representasi e-commerce 2.0, kemudian dia juga mengatakan bahwa e-commerce termasuk e-commerce 2.0 difasilitasi oleh perkembangan ekonomi, sosial dan perusahaan secara digital.

Tipe Transaksi E-Commerce

Menurut Turban et al. (2015, 10-11) bahwa tipe utama dari transaksi ecommerce terdiri dari Business-to-Business (B2B), Business-to-Consumer (B2C), Business-to-Business-to-Consumer (B2B2C), Consumer-to-Business (C2B), Intrabusiness EC, Business-to-Employees (B2E), Consumer-to-Consumer (C2C), Collaborative Commerce dan E-Government. Sedangkan Laudon et al. (2014, 19) menambahkan tiga tipe utama e-commerce yaitu Social e-commerce, Mobile ecommerce dan Local e-commerce.

Teknologi E-Commerce

Turban et al. (2015) menyebutkan bahwa teknologi dalam e-commerce terdiri dari augmented reality, crowdsourcing, micro payments devices, big data in e-commerce and its analysis, e-payments including bitcoin, develop your own applications, IBM’s Pure Data Systems for analytics, Internet of Things (IoT), machine-to-machine (M2M) communications, new devices for e-learning, 3D printing, wearable devices.

Menurut Laudon et al. (2014, 12) bahwa didalam teknologi e-commerce terdapat delapan dimensi atau fitur unik yang perlu diperhatikan yaitu:

Pertama, Ubiquity, bisa diartikan dimana-mana, artinya bahwa teknologi internet/web tersedia kapan dan di mana saja seperti: di tempat kerja, di rumah dan di tempat lain melalui perangkat mobile. Berdasarkan marketspace maka jangkauan diperluas melampaui batasan pasar tradisional dan dapat berpindah dari suatu lokasi ke lokasi lain secara geografis. Kemudian transaksi jual beli bisa terjadi di mana saja sehingga kenyamanan pelanggan dapat ditingkatkan dan biaya transaksi berkurang.

Kedua, Global reach, bisa diartikan bahwa teknologi ini menjangkau lintas batas negara yang ada di bumi. Sehingga perdagangan dapat dilakukan secara lintas batas budaya dan negara. Dari segi marketspace dapat berpotensi meraih miliaran konsumen dan jutaan bisnis di seluruh dunia.

Ketiga, Universal standards, dapat diartikan bahwa ada satu set standar teknologi, yaitu internet sebagai pondasi teknologi dalam bisnis.

Keempat, Richness,dapat diartikan bahwa teknologi ini kaya akan konten seperti video, audio dan teks. Konten tersebut bisa dimanfaatkan sebagai alat pemasaran.

Kelima, Interactivity, bisa diartikan bahwa teknologi ini bekerja melalui interaksi dengan pengguna.

Keenam, Information density, bisa diartikan bahwa teknologi ini mengurangi biaya informasi dan meningkatkan kualitas informasi itu sendiri. Pemrosesan dan penyimpanan informasi serta biaya komunikasi menjadi turun secara dramatis, sementara itu mata uang, akurasi dan ketepatan waktu meningkat secara pesat. Sehingga informasi menjadi berlimpah, murah dan akurat.

Ketujug, Personalization/customization, dapat diartikan bahwa teknologi ini memungkinkan informasi yang disampaikan kepada pelanggan bisa disesuaikan dengan kebutuhan atau karakteristik pelanggan itu sendiri baik pribadi maupun kelompok.

Kedelapan, Social technology, bisa diartikan bahwa teknologi ini memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi konten dengan komunitas di seluruh dunia melalui jejaring sosial.

Sumber Pustaka

  • Turban, Efraim et al. 2015. Electronic Commerce: A Managerial and Social Networks Perspective Eighth Edition. Switzerland: Springer.
  • Laudon, Kenneth C. and Carol Guercio Traver. 2014. E-Commerce: Business, Technology & Society 10th edition. New Jersey: Pearson.
  • Savrul, Mesut and Cüneyt Kılıç. 2011. “E-Commerce As An Alternative Strategy In Recovery From The Recession”. 7th International Strategic Management Conference, Procedia Social and Behavioral Sciences 24, 247–259. Elsevier.

You May Also Like

About the Author: Webagus

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

© 2025 Webagus - Theme by HappyThemes